PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi pembangunan pendidikan
merupakan proses yang berkelanjutan, program pembangunan pendidikan seyogyanya
tidak bersifat reaktif yang hanya mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi saat ini, tetapi harus bersifat proaktif artinya mampu memperkirakan
tantangan yang mungkin terjadi, dengan kata lain pembangunan pendidikan harus
mampu mengantisipasi permasalahan yang akan dihadapi dalam perspektif yang
lebih luassehingga mampu menjawab tantangan yang semakin kompleks dimasa yang
akan datang. Kemampuaniniakandapatdicapaijika program-program pembangunan pendidikan memiliki dampak
terhadap peningkatan mutu relevansi pendidikan yang sejalan dengan kebutuhan
pembangunan yang terus berubah dan berkembang.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja problematika PBM dan bagaimana pemecahannya ?
PEMBAHASAN
A. Pengertian Proses Belajar Mengajar
1.
Pengertian Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar selalu melibatkan guru
sebagai tenaga pengajar dan siswa sebagai obyek pengajar. Oleh karena itu,
untuk memahami arti proses belajar mengajar, maka diperlukan pemahaman dasar
tentang pengertian belajar mengajar itu sendiri.
a.
Arti Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat
akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami hal belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
b.
Arti Mengajar
Mengajar diartikan sebagai upaya menyampaikan
bahan pengajaran kepada siswa, maka nampak bahwa aktivitas mengajar lebih
dominan oleh guru sebagai pelaku pengajar. Sedangkan siswa hanya bertindak
sabagai obyek pelajar. Jadi guru dengan segala aktivitasnya berupaya memberikan
pengajaran kepada para siswa. Sedangkan siswa cenderung bersifat pasif.
Kemudian dalam makna yang lebih luas, mengajar
dapat diartikan dengan segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai tujuan yang telah
di tetapkan.
Hilgard mengatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan,
reaksi terhadap lingkungan perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar
apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti
kelalaian atau di sebabkan obat-obatan.
Drs. Slameto mengatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
H. Roth mengatakan bahwa :
“Belajar (dari segi ilmu mendidik) berarti
perbaikan, perbaikan tingkah laku (memperoleh tingkah laku baru) dan kecakapan.
Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan (perbaikan) fungsi kejiwaan. Hal
mana menjadi syarat bagi perbaikan tingkah laku dan berarti pula menghilangkan
tingkah laku dan kecakapan yang mempersempit belajar.
Ketiga pengertian di atas menunjukkan suatu
pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik
sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar dalam makna ini
yaitu perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses
belajar mengajar adalah suatu upaya dilakukan oleh guru untuk memberikan
dorongan kepada siswa agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa.
Proses ini merupakan suatu perwujudan dari reaksi antar siswa dengan
lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud lebih dititik beratkan pada lingkungan
sekolah.
Rumusan lain dapat pula di kemukakan disini
bahwa belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan pengajaran, belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh siswa
sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang di lakukan oleh guru sebagai
pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan
manakala terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat
pelajaran berlangsung.
2.
Problematika Belajar
Mengajar
Bertitik tolak dari arti problematika yaitu hal
yang menimbulkan masalah, maka dalam kaitannya dengan belajar mengajar yang
dikemukakan sebelumnya dapat diambil suatu rumusan pengertian bahwa yang
dimaksud dengan problematika belajar mengajar adalah sesuatu yang menjadi sebab
timbulnya masalah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, baik
yang berlangsung dalam tatap muka maupun melalui media cetak.
Dalam hubungan ini mengajar diartikan sebagai
kegiatan mengorganisasi proses belajar. Dengan demikian problematika yang
dihadapi oleh pengajar dan dipandang baik untuk menghasilkan produk yang baik,
adalah bagaimana mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai
pengetahuan yang luas. Dalam hal ini guru sebagai pengajar harus berperan
sebagai perantara yang lebih baik.
Akrivitas belajar mengajar bagi setiap individu,
tidak selamanya berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak,
kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari dan kadang-kadang terasa amat
sulit. Atas dasar itulah maka dapat dipahami bahwa dalam aktivitas belajar
mengajar itu terdapat berbagai masalah atau problematika, misalnya: dalam
hal semangat yang terkadang tinggi tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan
konsentrasi, itulah kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam
kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar mengajar. Setiap
siswa memang tidak ada sama perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan tingkah laku belajar mengajar dikalangan siswa, hal tersebut yang
menjadi kesulitan belajar mengajar adalah dalam keadaan siswa dimana tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya yaitu sesuai dengan cara belajar yang
efektif dan efisien.
Landasan dan latar belakang proses pendidikan
dan pengajaran adalah semata-mata untuk mencerdaskan bangsa, proses pendidikan
yang melatar belakangi untuk kecerdasan anak didik dalam lingkungan sekolah
atau merupakan kewajban seorang pendidik dalam keberhasilan suatu pendidik.
Drs. Slameto
mengemukakan bahwa :
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
suatu pendidikan merupakan suatu rangkaian yang terkait antara guru dan siswa,
dalam kaitannya pendidikan di kenal dengan faktor intern dan ekstern.
1.
Faktor Intern
Faktor intern adlah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor ini mencakup faktor jasmani, faktor
psikologis.
a.
Faktor jasmani meliputi faktor
kesehatan, cacat tubuh dan penyakit lainnya.
b.
Faktor psikologi meliputi
faktor ntelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
2.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah yang mempengaruhi belajar,
ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin, alat pelajaran dan waktu sekolah.
1.
Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan
yang harus dilalui di dalam mengajar.
Mengajar itu sendiri menurut Drs. Ign S. Ulih
Bukit Karo-Karo adalah menyajikan bahan pelajar oleh orang kepada orang lain,
menguasai dan mengembangkannya.
Dalam proses beajar mengajar agar dapat menerima
menguasai dan lebih mengembangkan bahan pelajar itu, maka cara-cara belajar
mengajar haruslah tepat, efisien dan efektif, sebab metode mengajar guru adalah
sangat mempengaruhi proses belajar mengajar dalam suatu keberhasilan
pendidikan.
2.
Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar adalah menyajkan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkannya.
3.
Relasi Guru dan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara siswa
dengan guru, proses tersebut juga di pengaruhi juga oleh relasi yang ada.
Didalam relasi yang baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan, sehingga siswa
berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
Guru yang kurang beriorentasi dengan siswa
secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar, juga merasa
jauh dan guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
4.
Relasi Siswa dengan Siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang
bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada kelompok yang bersaing
secara tidak sehat, jika kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing
individu tidak tampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah
laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri akibatnya
makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia
menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan yang tidak-tidak, karena di
sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Maka
disini guru harus menciptakan relasi yang baik antara siswa agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
5.
Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan
kerajinan siswa di dalam sekolah dan juga dalam belajar kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam megajar dan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam mengelola seluruh staf beserta seluruh
siswa-siswanya seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan belajar sama
dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu juga memberi
pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
Atas adanya disiplin siswa dapat mengembangkan
motivasi yang kuat, dengan demikian agar siswa belajar lebih maju siswa harus
disiplin dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, agar
siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
6.
Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara
belajar siswa karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar,
di pakai pula oleh siswa untuk menerma bahan yang akan diajarkan itu, alat
pelaar yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang
di berikan.
Di dalam peningkatan mutu pendidikan pada
umumnya disamping oleh sarana dan prasarana tergantung sungguh dari proses
pengajaran, di dalam pengajaran itu sendiri diperlukan cara pengajaran yang
lebih efektif.
Untuk mengajar yang efektif
diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Belajar secara aktif, baik
mental maupun fisik
2.
Guru harus mempergunakan banyak
metode
3.
Motivasi
4.
Kurikulum yang baik dan
seimbang
5.
Tidak memandang perbedaan
individual
6.
Membat perencanaan
7.
Pengaruh guru yang sugestif
8.
Keberanian
9.
Menciptakan suasana yang
demokratis
10.
Semua pelajar harus di
integrasikan
11.
Memberikan masalah-masalah yang
merangsang
12.
Menghubungkan pelajaran di
sekolah dengan masyarakat
13.
Memberi beban kepada anak
14.
Mendiagnosa kesulitan belajar
dan menganalisa kesulitan-kesulitan itu.
Daftar Pustaka